Pilwali Surabaya Buat Siapa?


Usulan Ketua DPC PDI-P Surabaya, Wisnu Sakti Buana, untuk memenangkan pasangan Tri Rismaharini - Wisnu Sakti Buana dalam Pilwali Surabaya, membuat saya terhenyak. Pasalnya, Risma –Wisnu diusulkan untuk menjadi calon tunggal. Alasannya, efisiensi uang negara sampai Rp 71 Milyar.
Usulan Wisnu ini jelas menyalahi UU, di mana harus minimal ada dua pasangan calon dalam pilkada. Persoalan Demokrasi Pancasila yang mengedepankan musyawarah mufakat adalah aturan yang lebih tinggi dalam UU juga benar, tetapi sebelum ada UU teknisnya, maka pelaksanaan pilkada tetap dilaksanakan mengacu pada UU No. 8 Tahun 2015 yang telah ditandatangani Jokowi.
Daulat Parpol versus Daulat Rakyat
Saya lebih ingin menelisik ikhwal Pilwali Surabaya ini sebenarnya buat siapa? Buat rakyat atau buat parpol? Dalam konteks budgeting, apa yang disampaikan tentu benar. Metode aklamasi ini akan menghemat anggaran. Tapi di lain sisi, metode ini merupakan hegemoni parpol terhadap hak politik rakyat. Hak politik rakyat diambil alih oleh parpol dengan alasan efisiensi. Pimpinan parpol duduk satu meja kemudian memilih pemimpin Kota Surabaya.

KEMBALINYA AJO TANJUNG


Shubuh menyisir. Kalimat takbir segera berkumandang di seantero bumi. Tak terkecuali kampungku. Duka sepeninggalan ramadhan berpadu keoptimisan diri akan kembali fitrah seperti yang dijanjikan dalam kitab suci benar-benar menggugah hati setiap muslim.

Aku sudah rapi. Telah siap mandi. Sesuai sunah Nabi sebelum bershalat, aku tak lupa makan sekadarnya dan mengenakan pakaian terbagus -sepotong celana gunting Cina dan baju koko Malaysia yang kubeli di toko pakaian bekas di Pasar Ateh Bukittinggi seminggu yang lalu.

Kalau boleh jujur, aku malas lekas-lekas ke masjid. Bukan lantaran kadar kemuslimanku sudah memudar, hanya enggan menyaksikan para petinggi kampung yang beradu amal.

Sebenarnya perang dingin itu sangat mulia. Hanya yang kusesalkan, mengapa mesti dikemas bak manggaleh[1] di pasar malam. Mengapa amal harus digembor-gemborkan. Bukankah Nabi sendiri bersabda: kalau tangan kananmu memberi, usahakan tangan kirimu jangan sampai tahu.