POLITISI NDESO ITU KEMBALI


Setelah sekian lama kita ditampar kegalauan, akhirnya di penghujung tahun kuda ini, Jokowi kembali ke asalnya. Politisi ‘ndeso’ ini membuat gebrakan besar ketika harapan rakyat akan nawacita yang konsekuen mulai dipertanyakan. Sore tadi, Jokowi kembali gemilang membacakan pidatonya yang, kembali tegas, sekaligus jadi jalan keluar sengketa Polri versus KPK.

Point penting, dari pidato Jokowi itu adalah, Pertama, membatalkan pelantikan Komjen Budi Gunawan, dan mengusulkan Komjen Badrodin Haiti sebagai Kapolri kepada DPR. Kedua, memberhentikan sementara  Abraham Samad dan Bambang Widjojanto terkait masalah hukum yang menjerat dua pimpinan KPK, serta mengangkat Taufiequrrachman Ruki, Indriyanto Seno Adji, dan Johan Budi sebagai pimpinan sementara KPK demi keberlangsungan kerja di lembaga KPK demi keberlangsungan kerja di lembaga “Kuningan” itu.

Pidato Jokowi ini menjadi point penting bagi para pendukung politisi ‘ndeso’ ini, khususnya di bidang pemberantasan korupsi. Belakangan ini rakyat terus menanyakan konsekuensi pengwujudan nawacita. Kelambanan Jokowi dalam bersikap membangkitkan kembali isu-isu presiden boneka yang sempat marak di pilpres dahulu. Bagaimanapun, kita semua sudah tahu sama tahu siapa sebenarnya, dan siapa yang berada di belakang, BG. Hal ini tentu jauh berbeda dengan keberanian Jokowi menghukum mati para pengedar besar narkoba. Kendatipun harus berhadapan dengan negara asing, serupa Belanda, Brazil dan Australia.

Jadi pidato Jokowi di penghujung tahun kuda, bagi saya merupakan, signal kembalinya politisi “ndeso” yang kita harapkan itu. Kado manis menjelang tahun kambing. Pidato Jokowi merontokan isu presiden boneka, isu Jokowi berani keluar tetapi takut kepada sponsor, Jokowi yang seperti SBY – yang hobby menyenangkan semua pihak. Padahal kita semua tahu bahwa salah satu faktor dipilihnya Jokowi adalah karena dirinya antitesa dari SBY.

Tentunya pidato Jokowi itu punya titik lemah. Apa itu? Momentnya. Jokowi kelewat lama mengulur-ulur waktu sehingga persoalan Polisi dan KPK kian melebar. Unjuk rasa, perang di sosmed dan media massa, sampai aksi lapor-melaporkan membuat aksi rill pemberantasan korupsi bergeser menjadi penyelamatan institusi. Dan kini Jokowi muncul seperti seorang hero yang mengunting masalah dengan ketegasan bak sang goodfather yaitu :  “memberikan tawaran yang tidak akan bisa ditolak”. Untungnya BG sepertinya bisa menerimanya. Demikian juga AS dan BW.

Bangsa kita memang masyarakat yang gandrung pada apapun yang berbau drama. Bukan hanya film, sinetron dan novel, bahkan politik pun didramakan. Alur bangkit dan jatuh, sebuah perjuangan, menjadi tontonan segar untuk kembali memetakan di mana posisi diri, mengingat kembali siapa sang hero. Tentu saja tidak layak jika kemudian Jokowi yang ‘ndeso’ itu terjebak pada arus mainstrem ini. Bukankah kita memilih Jokowi karena dia bisa menawarkan hal-hal yang berbeda dari kebanyakan. Apalagi dengan keberadaan JK  yang ‘lebih cepat-lebih baik’, mestinya mesin Jokowi bisa 2 hingga 4 kali lebih cepat.

Bagaimanapun politisi ndeso itu sudah kembali. Semoga ini starting point bahwa Jokowi sudah semakin siap untuk beraja pada rakyat, bukan kepada semua sponsor di pilpres lalu. Akhir kata saya ingin mengucapkan. Good job, Mr President!

0 komentar:

Posting Komentar